Postingan

Keajaiban itu Ada. By Herlina Madje

Gambar
Keajaiban itu Ada        Awal mula saya tergerak untuk berjualan kue sebenarnya bukan tanpa sebab. Di tahun 1999, suami sedang menjalankan sebuah proyek di Kepulauan Selayar, deretan kepulauan di ujung Selatan pulau Sulawesi. Tiap kali pulang ke Makassar, beliau selalu dihadiahi aneka hasil bumi dalam jumlah banyak oleh penduduk setempat. Ada pisang, kelapa, pepaya, mangga, jeruk, terasi, kenari, dan macam-macam lagi, tergantung musimnya. Barang-barang itu, setelah saya bagi akhirnya ada juga yang tinggal dan busuk. Kasihan juga.      Berulang kali seperti itu, akhirnya saya tergerak untuk membuat kue dan menjualnya. Jenis kue pertama yang saya jual adalah barongko, yang bahan dasarnya pisang. Saya memanfaatkan bahan baku yang ada saja. Promosi pun hanya ke tetangga terdekat.      Setelahnya, ada beberapa tetangga yang kemudian mengusulkan agar saya berjualan kue jenis lain. Mulanya saya agak berat. Beberapa tahun sebelumnya saya pernah nekad berjualan kue dengan menitipkannya d

Senyum di Ujung Gemingmu. By Herlina Madje

Senyum di Ujung Gemingmu By Herlina madje       Serabut langit yang meruah di penghujung Januari, selalu saja melelehkan kristal di sudut netramu. Sedumu seolah tak pernah usai, meski musim telah berganti lebih dari bilangan jemari. Rintik serupa bertahun silam, menjadi saksi dari awal nestapa yang menggurat batinmu. Hari terburuk yang pernah ada, masa yang seharusnya tanggal dari untaian waktu. Penyesalan memang tak pernah datang lebih awal. Ia adalah buah dari keputusan yang salah. Yang tak patut direnda bila menyambangi. Nikmati saja sekejap, lalu tinggalkan serupa jejak-jejak kaki. Harusnya sejak awal kamu paham bahwa manusia bukan penguasa takdir. Sehingga langkahmu tak terjulur serampangan. Ketidakhati-hatian adalah hulu dari sesalmu. Sadarkah bila sekarang kamu keliru lagi dalam memilih jalan keluar? Bersemedi dalam tubuh yang terbujur antara hidup dan mati! Bukan ratap yang akan mengentaskan penyesalan, tapi bangkit dan berbenah. Banyak orang pern

Gosip. By Herlina Madje

Sudah beberapa minggu warga kampung Gledeg grasa grusu. Kabar simpang siur tentang penghuni rumah nomor sebelas yang menjadi penyebabnya. Entah dari siapa sumber informasi itu awalnya. Yang pasti kabarnya merebak seperti kentut. Cepat dan bau. Warga kampung hendak berdemo untuk meminta kejelasan mengenai kabar burung tersebut namun pemerintah setempat tak memberi izin. Hal itu kian membuat seisi kampung curiga. "Kalo tak ada apa-apa, buat apa dibackingi, yakan?" Sedikit mendelik Saribinong memamerkan pendapatnya. Selama ini ia yang paling agresif bersuara tentang penghuni baru tersebut, jika tak ingin disebut sebagai sumber informasinya. Ceritanya bermula ketika pada suatu hari, rumah kosong di sebelah rumah Saribinong mendadak dinyatakan sudah terjual. Antara senang -- karena memiliki tetangga -- dan sedikit kesal -- karena tak lagi bisa menyantol jemuran di pagar sebelah -- Saribinong bercerita tentang rumah tetangga yang sudah laku tersebut. "

Keuletan Selalu Berbuah Manis. By Herlina Madje

Gambar
Pagi tadi saya sedang menyiram bunga ketika seseorang mendekat,"Permisi, Bu." Saya menghentikan aktifitas dan menoleh padanya seraya tersenyum. Saya memang tak memakai masker karena hanya sendirian di depan rumah. Masih cukup pagi pula sehingga udara tentu bersih dari segala macam polusi. Perempuan muda itu membalas senyum saya dari balik maskernya. "Ini ada brosur, Bu," katanya sambil menyorongkan benda yang dimaksud dengan sopan,"siapa tau Ibu mau laundry. Kami antar jemput gratis," lanjutnya. Setelah dia berlalu, saya tak langsung melanjutkan pekerjaan. Ada hal yang sedikit menyentuh, kerja kerasnya berpromosi! Entah sudah sejauh mana dia berjalan. Wajahnya berkeringat ketika sampai di depan saya padahal udara pagi masih lumayan sejuk. Semoga dia tidak cepat menyerah! Sejak dulu saya senang memerhatikan orang-orang dan berusaha mengambil pelajaran dari kisah hidup mereka. Kemarin, saat menemani suami ke daerah, saya pun mengamati

Ada Apa Dengan Perempuan? By Herlina Madje

Gambar
Beberapa hari lalu, saya datang ke pengadilan agama untuk menjadi saksi dalam sidang penetapan ahli waris salah seorang sepupu. Seperti biasa, saya selalu bersemangat untuk menghadiri kegiatan-kegiatan baru. Sebagai orang yang menyenangi dunia kepenulisan pengalaman tersebut bisa menjadi referensi bila suatu ketika akan menulis tema terkait tempat maupun kegiatan yang pernah saya hadiri. Saking antusiasnya, sidang baru mulai pukul sembilan pagi kami sudah tiba di lokasi sejam sebelumnya. Walhasil saya mendapatkan nomor antrian ke dua dan menemu kursi lowong tepat di depan ruang sidang. Saya duduk di sana dengan perasaan tak sabar, ingin lekas-lekas masuk dan duduk dihadapan majelis hakim. Ini pengalaman pertama dan langka makanya saya penasaran ingin merasakan sensasinya. Tentu akan mudah menulis bila pernah merasakan 'feel' dari sebuah adegan. Antrian nomor satu masuk ruang sidang, saya sedikit berdebar. Dasar! Saya merasa lucu dengan diri sendiri. Orang-orang

Nasib Rekayasa Pikiran? By Herlina Madje

Belasan tahun lalu saya diundang oleh salah seorang teman untuk menghadiri syukuran pindah rumah baru. Ketika sampai di sana saya tertarik melihat garasinya yang mungil. Hanya muat dua motor bila diparkir berdampingan. "Kenapa garasimu kecil sekali? Bakal renov lagi ini kalo besok-besok kamu beli mobil." Saya berkomentar demikian karena kami memang cukup akrab. Dia hanya tertawa kecut mendengar kata-kata saya. "Kami tidak mungkin bisa beli mobil," simpulnya yakin. Saya tahu bila biaya rumah tangganya memang besar. Selain punya tiga orang anak waktu itu, teman saya juga menampung beberapa orang adik dan juga iparnya. "Kenapa tidak bisa? Kalian berdua kerja. Pasti bisa nanti." Saya berusaha meyakinkan. Lagipula, ada masanya orang-orang yang menumpang bakal pergi semua untuk menjalani hidup di tempat lain. Bahkan anak-anak pun ada masanya mereka akan membangun kehidupan baru. Dia hanya menjulurkan bibir bawah sejauh dua centimeter p

KUE BUGIS TRADISIONAL

Gambar
KUE BUGIS TRADISIONAL 'RUMAH KREASI'   ➡ Barongko, cucuru bayao, roko-roko unti, roko-roko cangkuning, lemper, nagasari mutiara, bolu peca, biji nangka, dadar gulung, songkolo mahkota dan american risoles masing-masing Rp 4.500 perbiji. Minimal order masing-masing adalah 25 biji. Pembelian kurang dari 25 biji akan dikenakan tambahan harga Rp 500 perbiji . ➡ Pasoloka Rp 7.000 percup. Minimal order 10 cup. Pasoloka Rp 67.500 pertalang. Minimal order adalah 2 talang. Pembelian kurang dari 2 talang akan dikenakan tambahan harga Rp. 2.500 pertalang. Menjadi Rp 70.000 pertalang . ➡ Lapis pandan dan sikaporo, masing-masing Rp 35.000 pertalang. Minimal order untuk lapis pandan dan sikaporo adalah 2 talang. Pembelian kurang dari 2 talang dikenakan tambahan harga Rp 2.500 pertalang. . ➡ Lapis coklat, kaminang talang dan srikaya, masing-masing Rp 40.000 pertalang. Minimal order adalah 2 talang. Pembelian kurang dari 2 talang akan dikenakan tambahan harga Rp. 2.500 pertalang. . ➡ Katirisal